Teruntuk Kamu

IMG_1978

Teruntuk kamu yang kini jenuh berdiam di rumah

Kamu tidak sendiri

Teuntuk kamu yang kini berada di jalan berpeluh

Kamu tidak sendiri

Teruntuk kamu yang kini gundah dan resah

Kamu tidak sendiri

Teruntuk kamu yang kehilangan mata pencaharian

Kamu tidak sendiri

Teruntuk kamu yang lapar tak kuasa bersantap

Kamu tidak sendiri

Teruntuk kamu yang tak bisa menikmati shalat berjamaah

Kamu tidak sendiri

Untuk kamu yang tak bisa kembal ke kampung halaman

Kamu tidak sendiri

Teruntuk  kamu yang sudah lama tak bersua keluarga

Kamu tidak sendiri

Teruntuk kamu yang hanya bisa bersua dengan ponsel

Kamu tidak sendiri

Teruntuk kamu yang berjuang di garis depan

Kamu tidak sendiri

Teruntuk kamu yang akhirnya merasakan kehilangan

Kamu tidak sendiri

Kamu tak pernah sendirian

 

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna kebersamaan

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna sesuap nasi

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna mencintai pekerjaan

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna kesederhanaan

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna berbagi

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna shalat

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna keluarga

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna waktu luang

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna perjuangan

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna kekuatan

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna keberanian

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna sebuah doa

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna harapan

Teruntuk kamu yang menemukan kembali makna syukur

Kamu tidak pernah sendirian

@rizkilesus, catatan setelah satu bulan menjalani #dirumahsaja,  Sya’ban (April 2020) jelang Ramadhan 1441 H

Refleksi akhir-awal tahun

Dar der dor
Hari berganti hari
Bulan berganti bulan
Tahun berganti tahun

Gugur beberapa orang
Uang-uang terbakar terbang dilangit
Sedangkan aku memikirkan anak-anakku makan apa esok

Gugur bertambah banyak manusia
Uang-uang bertebaran dijalan
Sedangkan aku sudah ditagih biaya kontrakkan

Gugur , lagi-lagi beberapa orang
Uang-uang menguap sia-sia
Sedangkan aku masih dipengungsian

Gugur, kali ini aku yang gugur
Kali ini bukan uang
Waktuku menguap begitu cepat
padahal ia tak bisa mundur
namun aku tidak berubah

gugur, kali ini aku yang gugur
kali ini bukan waktu
tapi amalku
namun ia tak bertambah

namun harapan itu masih terus mengiringi
terus menemani
hingga kami bangki kembali
dan keguguran itu gugur dengan sendirinya

Sayang, Kau tak secantik dulu lagi ……(Surat Untuk Kekasih)

Oleh: Abu Hudzaifi

Kekasihku … episode Bukan Di Negeri Dongeng nampaknya sudah berakhir. Bahkan cepat sekali berakhir. Keindahanmu memudar padahal kau masih muda, enerjik, dan penuh vitalitas. Sebenarnya aku masih banyak berharap padamu sebagaimana hari-hari yang lalu. Hari-hari kau masih begitu indahnya; gadis cantik penuh pesona. Banyak pemuda lain tergila-gila padamu pada hari-hari kau disebut sebagai spirit baru bagi umat manusia.

Hari-hari indah telah kita lalui bersama, aku pun sangat menikmati dan bangga ada disampingmu. Karena kau benar-benar lain dan layak untuk dibanggakan, sampai banyak sekali para pemuda yang siap menjadi pembelamu di depan. Banyak ahli kecantikkan mencari-cari rahasia keelokkanmu. Tidak sedikit penulis mencatatmu sebagai fenomena baru di negeri ini. Tak ketinggalan, kuli tinta pun memujimu; cantik, cerdas, dan generasi masa depan, satu lagi, shalihah! Namamu menjadi garansi semua harapan. Nyaris sempurna. Memang, ada pula yang iri hati padamu. Ah .. itu hal biasa.

Sebagai gadis baru di kota tua penuh drakula, dunia baru bagimu, tentu keberadaanmu amat dibutuhkan, ya.. memang menyegarkan dan membuat suasana semakin hidup, masih ada yang bisa diharapkan. Silahkan lihat hatiku, di sana ada dirimu. Di ruang kerjaku fotomu menjadi rebutan. Di rumah? Apalagi! Bahkan banyak fans-mu yang meletakkanmu di tempat yang tidak terduga dan sulit dijangkau oleh tangan-tangan berhati kotor. Maka, saat itu, tak ada yang mampu menghalangi gelora cintaku padamu, dan aku yakin jika ada kontes miss muslimah shalihah kau adalah pemenangnya; gadis cantik, cerdas, nan shalihah.

Namun, langit memang tak selamanya cerah. Bulan tidak selamanya terang. Aku lihat, ada sebuncah kekhawatiran menimpa dirimu. Bukan karena kejahatan orang lain, bukan pula sebab makar para pesaingmu yang memang sudah sedari dulu begitu sunatullahnya. Kecantikanmu memudar dan pesonamu menghilang karena ulah dirimu sendiri. Memang demikian adanya …. ketika manusia pada puncak kejayaannya, tak ada yang mampu menggelincirkannya, biasanya dia akan tergelincir oleh dirinya sendiri; ghurur. Kekasihku, kau menjadi gadis yang genit saat ini, centil dan norak. Bahkan katanya, kau sudah berani menjual diri dengan harga murah, hanya demi kemenangan. Astaghfirullah! Aku tidak tahu, apakah ini karena pengaruh dunia barumu itu?

Kembali manusia ramai membicarakanmu, bukan dirimu sebagai; gadis cantik, cerdas nan shalihah. Tetapi perilakumu yang berubah, batasan syar’imu mulai abu-abu, keputusanmu untuk menjadi gadis ‘gaul’, katamu; agar bisa memperluas pasar, lalu kau kotori kecantikanmu dengan langkah berani dan kontroversi, serta lisan yang tidak terkendali. Nasihat orang tua, hukama dan pujangga sudah sering kau dapatkan, tetapi justru kau mengatakan: saya lebih tahu tentang apa yang saya lakukan!

Ditambah lagi, kau mulai tidak telaten menjaga kesegaran tubuhmu, kesehatan jiwamu, dan kecemerlangan akalmu. Agenda-agenda ri’ayah hanya menjadi rencana kosong. Dahulu kau sangat telaten ke salon halaqah, spa daurah, dan les tastqifiyah. Tetapi itu dulu. Saat ini, kau menjadi gadis yang ringkih, …. ringkih ruhani dan harga diri, tak berani berkata benar, aqidah sudah keriput, padahal keriput hanyalah milik orang tua … dan kau masih muda. Manusia mulai menjauh dan mencibir, bahkan marah, termasuk saudara dekatmu. Tak ada lagi kisah Bukan Di Negeri Dongeng yang legendaris itu. Tak ada lagi pujian dari mereka untukmu, walau kau masih saja merasa cantik, cerdas, dan shalihah seperti dulu. (Ya … itu romantisme kita masa lalu, boleh-boleh saja diingat). Tak ada lagi kebanggaan meletakkan fotomu di rumah, di kantor, dan sepeda motor! Apalagi setelah mendengar pernyataan-pernyataanmu dengan nada miring tentang syariah, jilbab, dan lainnya .. aku semakin malu. Masukan-masukan yang kau dapatkan tak satu pun yang kau anggap … pernah juga kau anggap .. tetapi sebagai angin lalu, bahkan sebagai musuh …padahal nasihat itu dari kekasihmu sendiri ..

Kekasihku …, jangan takut, aku masih mencintaimu, tetapi .. cinta bukan berarti memuji, menyanjung, dan selalu bermuka manis. Ingatkah ucapan manusia paling terkasih; law saraqat fathimah laqatha’tu yadaha (Seandainya Fathimah mencuri aku sendiri yang akan memotong tangannya). Padahal begitu besar sayang beliau terhadap anaknya.

Kekasihku …, aku yakin harapan memang masih ada. Tetapi ada pada siapa?

Wallahu A’lam

Membisu

Ketika panas kian menyengat
Ku bersimpuh
Kembali ke masa- masa itu
Tangkai-tangkai padi bertebaran
Padang luas nan terhampar
Izinkan ku ucapkan salam kepada kalian
Wahai penghuni tempat ini
Salam dan Kesejahteraan untuk kalian

Wahai keluarga yang ada disini
Mengapa engkau mebisu
Mungkin aku yang tidak dapat mendengarmu
Sedangkan engkau dapat mendengar
Melihat, menatap kami dengan tajam

Namun apa yang kami ucapkan
Aku tidak yakin kalian menerimanya atau tidak
Apa yang kami komat-kamitkan
Aku tidak yakin , kalia merasakannya

Tapi aku yakin
Apa yang kalian usahakan
Kalianlah yang merasakan
Ilmu-lmu kalian dahulu kala yang kalian wariskan
Amal kalian yang sekarang masih berbekas

Sepi…
Tetapi juga ramai
Kami menatap, ramai sekali
Ramai oleh rumah-rumah kalian
Rumah yang sudah ditinggalkan oleh keluarga kalian
Hai
Apakah didalam sana kalian merasa nyaman??
Ataukah datang kepada kalian diri dalam bentuk baik? Ataukah buruk??
Bukankah Allah telah berjanji?
“ Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di dalam kehidupan dunia dan akhirat” (Ibrahim :27)

Semoga kami termasuk orang-orang yang diteguhkan
Semoga kami bertemu dengan diri kami yang baik
Semoga kami diperlihatkan sesuatu yang indah
Di tempat kalian ini
kelak

2 Syawal, Pagelaran

Tiada :)

Tiada keindahan yang paling indah, maupun harta yang paling berharga di Dunia ini selain

keindahan kedekatan Kepada Allah….

Tiada kesenangan yang paling Senang di Dunia ini selain kecintaan

Kepada rasulullah kekasihMu

Tiada Kebahagiaan yang Paling bahagia di Dunia ini selain

Bersyukur Kepada Allah…

Tiada kerinduan yang paling ditunggu

Yaitu berjumpa dengan Mu

Di Akhir nanti..

Hmm….
merangkak sedikit,menuju hancur lebur
tak ada bantuan dan tak ada pertolongan
hanya merangkak,itu yg bisa kulakukan saat ini !

delapan jam sehari
tujuh hari seminggu
empat minggu sebulan
setapak demi setapak menuju mati yg hakiki

yang bergerak hilir mudik
perih menari indah
naik keatas tuk bunuh !!!
sedikit demi sedikit jadi rapuh

hanya tujuan awal semangati diri
senyum diakhir jadi sasaran lari
tak berasa lelah saat itu
hanya senyum diakhir nanti

kurindukan saat itu !
disaat semuanya menjadi masa lalu
disaat semuanya menjadi obroLan sang maLam
dan disaat semuanya sirna,hanya satu yg berdiri disana . . . .