Arsitek

God Is an Architect”. Tulisan itu berwarna merah pekat datas kain putih. Seorang mahasiswa jurusan Arsitektur mengenakannya. Ia bergerak lincah. Orang-orang melongo, apakah memang benar Tuhan itu adalah arsitek.

Mungkin perlu diskusi lebih lanjut. Karena, kata dosen-dosen saya di ITB, definisi Arsitektur ini banyak sekali. Nyatanya, nggak ada kesepakatan sampai sekarang. Bisa saja seorang programmer menulis ‘Architecture Software’. Tapi, akar katanya bisa kita lacak.

Archi = kepala, dan techton = tukang, Latin. Mungkin maksudnya architecture adalah karya kepala tukang. “Arsitek itu pemimpin proyek!” Kata Dosen yang memang setiap harinya berkutat dalam profesi di lapangan. Saya lihat ia mengambil kapur putih, dan menorehkan tulisan “Semua hal yang berhubungan dengan perancangan bangunan.”

Tapi, kalau kata Dosen Sejarah dan Teori Kritik itu lain. Arsitektur itu nggak bebas nilai. Selalu ada kata yang mendampinginya.”Arsitektur apa?” Tanya dosen pengampu mata kuliah Arsitektur modern.

Sebelumnya, yang bisa ikut mata kuliah Arsitektur Modern dipastikan lulus mata kuliah Arsitektur Pra-modern. Tapi, Ada juga Arsitektur Nusantara. Bahkan, ada mata kuliah Arsitektur Islam. Makanya, kalau ngomongin Arsitektur, Arsitektur yang mana dulu?

Polemik ini membuat Paul Shepheard yang dari MIT itu bikin buku, ia nge-list satu-satu arti arsitektur menurut para ahli lewat judul bukunya “What is Architecture”. Akhirnya ia galau sendiri, katanya “architecture is not everything, Ia mengatakan, “So when I say architecture is not everything. I mean that there are other things in life and simultaneously. I mean that there are things that are not architecture, but which fit round it so closely that they help to show it is

Karena bingung, lagi-lagi dosen saya itu membeberkan teori dari mulai Vitruvius sampai Derrida. Klasik sampai Postmo? Wow. Ternyata belajar Arsitektur itu tidak hanya belajar bangunan, tapi juga Filsafat Barat.

Mulai dari Yunani sampai Postmodern. Nggak aneh dalam Arsitektur, perkembangannya sama dengan perkembangan peradaban masyarakat di Barat. Tapi tunggu, masih ada Arsitektur Nusantara, Arsitektur Islam, Arsitektur Timur. Ujungnya, belajar sejarah juga, nggak saklek harus membahas bahas ‘bangun membangun’.

Ada Arsitektur Yunani, Romawi, Abad Pertengahan, Rennaissance, Modern, Pascamodern. Percis akar-akar peradaban Barat. Oh, ternyata cukup luas juga cakupannya. Belum lagi ada kuliah tentang kota, ekonomi, lingkungan, seni, manusia, masyarakat, berhitung, dan masih banyak sekali.

Lagi-lagi kita temukan ‘Arsitektur’ sangat luas secara makna. Istilahnya Nietsze “Mengarungi lautan tak bertepi”

Misal, Arsitektur Rennaissance saja kita belajar tentang teori Plato, Pytagoras, hitung menghitung, dan lain-lain. Kata Plato keindahan alami muncul melalui adanya garis, lingkaran, dan permukaan yang menghasilkan bentuk dan volume geometris yang absolut. Belum lagi kalau denger Aristoteles, Pytagoras,dan lain-lain yang memengaruhi pemikiran ‘Arsitek’ abad renaissance seperti Angelo, Da Vinci,dll.

“The revival of classical influences in the art and literature and the beginning of modern science in Europe in 14th – 17th centuries, also movement or period of vigorous artistic and intelctual activity,” kata Webster.

Kalau kita List mungkin nggak beres-beres pembahasannya. Kata Le Corbusier ”architecture is the masterly, correct and magnificient play of masses seen in light. Architecture with a capital A was an emotional and aesthetic experience.” Ini pemikiran yang kena worldview modern.

Senada dengan Mies van De Rohe, Luis Sullivan, Frank Loyld Wright, dan kawan-kawan barisan Arsitektur Modern. Sebelumnya, aktivis Arsitektur Rennaissane tidak begitu jelas mendefinsikan arsitektur. Lihat saja,. Micheal Angelo, Leonardo Da Vinci, apa bisa disebut arsitek?

Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai “master”. Lalu menjadi gerakan masal, istilah akademiknya “International Style”. Jadi, istilah “arsitek”, sepertinya muncul di abad modern, di cirikan berdirinya Bauhaus. Sekolah Arsitek. Orang yang mau jadi Arsitek harus sekolah dulu, muncullah Arsitek terkenal abad modern.

Kata Mies, itu karena keinginan zaman!. Tapi, tesisnya Mies di habisi oleh pendapatnya sendiri. Sekarang Era Postmodern!!. Pakem-pakem modern “Less is more,” diganti dengan enaknya ”Less is bore”. Bikin bangunan terserah!. Dekosntruksi Derrida berkembang. Semua pakem di habisi, rumah itu harus beratap, kalau di postmo, tidak harus beratap!. “All Deconstrcution,”teriak Derida. Tidak bermakna.

Tapi orang-orang marah. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofi atau estetika secara perorangan, melainkan haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan mengunakan teknologi untuk mewujudkan lingkungan yang dapat dihuni.

Postmo harus minggir. Sekarang eranya “Green Architecture!”. Arsitektur yang baik adalah yang ramah lingkungan dan hemat energi, kata seorang dosen dalam kuliah yang lain.

Tapi sepertinya, masyarakat kita dulu tidak perlu di ajari untuk ramah lingkungan urusan Arsitektur. “Rumah kita sudah ramah lingkungan,” kata masyarakat tradisional sebuah suku di daerah terpencil. Jadi, ‘Green Architecture’, telat!. Kampung-kampung sudah menerapkan sustainable arsitektur.Tapi, apa bisa pencetusnya disebut “Arsitek” tanpa lewat sekolah ’modern’nya Arsitektur?

“Tolong buatkan rumah yang bagus”, atau “Desain yang murah dan indah!” kata klien kepada ‘Arsitek’. Definisi masyarakat, sama kaya Oxford “art and science of building; design or style of building(s).” Yang penting rumah bagus, terdesain oleh yang disebut ‘Arsitek’ walau F. Sillaban waktu bikin Istiqlal, nggak pernah sekolah di “Departement Architecture”. Begitupun pembuat bangunan-bangunan zaman dulu itu, atau bahkan rumah-rumah adat di Indonesia.

Istilah para kritikus arsitektur itu ‘Arsitek arsitokratik’. Jadi Arsitek zaman ini itu harus di bayar klien, dan sekolah Arsitektur. “Arsitek itu hanya melayani klien yang bayar,” teriak seorang alumnus sekolahan Arsitektur geram. Efek modernisasi Beaux Arts di Prancis. Kalau nggak di bayar, sama sekolah nggak bisa disebut Arsitek.

Berjubel orang masuk kuliah bercita –cita ingin menjadi ‘Arsitek Aristokrat’. Vitruvius sudah wanti-wanti “Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar”. Sejatinya, dalam proses belajar, mengantarkan pada ‘Arsitek’ yang sesungguhnya.

Istilahnya teman saya saat kuliah “Pola Pikir Arsitektural”. Apa pula ini?. Maksudnya, Arsitek tidak hanya melulu tentang klien, bayaran, bangunan, desain tapi juga berpikir holistik. Semua terpikir!. Ekonomi, perilaku, seni, filosofis, fungsi, tata letak, kota, pengaruh, suhu, strukutur, rapi, lingkungan, dst.

Itulah mungkin kenapa ada tulisan “God Is an Architect,” cerdas memang. Sambil tersenyum, saya baru paham kenapa Tuhan disebut Arsitek, walau Tuhan nggak pernah mengenyam bangku sekolah dan di bayar oleh klien…

Sekilas tentang Arsitektur Kontemporer Indonesia

Arsitektur kontemporer Indonesia adalah bentuk karya arsitektur terbaru yang dibangun di Indonesia. Dalam buku Indonesian Architecture Now , karya Imelda Akmal, digambarkan karya-karya arsitektur yang kontemporer yang terdapat di Indonesia. Karya ini dibangun dalam satu dasawarsa terkahir dan cukup menggambarkan trend arsitektur dlam negeri.

Berdasarkan karya-karya yang diulas dalam buku tersebut, dapat disimpulkan bahwa trend yang berkembang dlam satu dasawarsa terakhir didominasi oleh pengaruh langgam Arsitektur modern yang memiliki kesamaan ekspresi dengan karya arsitektur modern dari belahan dunia barat di dekade 60-an. Bahkan tren untuk memasukkan icon desain berupa perabtanpun dimasukkan. Karya-karya arsitektur kontmeporer Indonesia memiliki kesamaan dengan karya Mies van de Rohe, Wassily karya Marcel Breuer atau kursi B306 chaise-lounge karya Le Corbusier dan lounge chair karya Charles Eames -beberapa nama besar dalam arsitektur modern- dengan konteks negeri tropis.

Bangunan kontemporer Indonesia yang diulas dalam buku tersebut memiliki kesamaan ciri berupa penggunaan banyak material kaca sebagai pelindung, bentuk yang jujur mengikuti fungsi, horizontalisme dan bentuk geomeri yang kuat. Karya tersebut dapat dilihat dalam karya arsitek Adi Purnomo, Rumah Tangkuban perahu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontemporer merupakan bentuk kata sifat yang menyatakan pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; masa kini; dewasa ini.dengan demikian arsitektur kontemporer indonesia, merupakan Arsitektur yang bersifat kekinian yang tersebar di wilayah Indonesia. Lalu, seperti apakah arsitektur kontemporer Indonesia? Langgam apakah yang menjadi arsitektur terkini Indonesia?
Jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja berbeda dari waktu ke waktu. Arsitektur selalu mengalami perubahan, seperti halnya penampilan manusia. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman visual dari orang-orang sehingga menghasilkan sebuah rekaman yang hendak ditampilkan. Semakin banyak pengalaman arsitektur yang dimiliki maka akan semakin bergam variasi yang akan dihasilkan. Saat ini dunia telah menjadi sebuah ruang tanpa sekat dan sama sekali datar, akibat kecanggihan teknologi dan budaya manusia sehingga informasi bergerak sangat cepat seolah tanpa batas.

Namun dalam hal ini, suatu bangsa pastilah memiliki karakternya sendiri. Seperti ungkapan jepang berikut “bangsa yang hebat adalah bangsa yang mengenali jati dirinya”. Begitupula dengan kaidah arsitektur dan prinsip keberlanjutan yang harus terus dipertahankan. Namun setiap orang dan bangsa pasti berubah secara cepat atau lambat. Sehingga harus menempatkan trend dengan cerdas.

Arsitektur kontemporer Indonesia adalah bentuk karya arsitektur terbaru yang dibangun di Indonesia. Dalam buku Indonesian Architecture Now , karya Imelda Akmal, digambarkan karya-karya arsitektur yang kontemporer yang terdapat di Indonesia. Karya ini dibangun dalam satu dasawarsa terkahir dan cukup menggambarkan trend arsitektur dlam negeri.

Berdasarkan karya-karya yang diulas dalam buku tersebut, dapat disimpulkan bahwa trend yang berkembang dlam satu dasawarsa terakhir didominasi oleh pengaruh langgam Arsitektur modern yang memiliki kesamaan ekspresi dengan karya arsitektur modern dari belahan dunia barat di dekade 60-an. Bahkan tren untuk memasukkan icon desain berupa perabtanpun dimasukkan. Karya-karya arsitektur kontmeporer Indonesia memiliki kesamaan dengan karya Mies van de Rohe, Wassily karya Marcel Breuer atau kursi B306 chaise-lounge karya Le Corbusier dan lounge chair karya Charles Eames -beberapa nama besar dalam arsitektur modern- dengan konteks negeri tropis.

Perubahan Iklim dan peran Arsitek untuk “Sustainable Life”

Menghadapi pengaruh iklim global dan juga iklim local di Indonesia,dengan pola pikir bahwa harus ada perubahan agar masa yang akan datang tidak lebih buruk dari masa sekarang (sustainable life) menajdikan lingkungan-lingkungan binaan seperti rumah,wilayah,kompleks,dll akan menghasilkan dampak terhadap kenyamanan penghuninya.Terjadi cara pandang dalam menyikapi perubahan iklim dalam lingkungan binaan.Contohnya pada saat suhu semakin panas ,ada lingkungan binaan (dalam ahl ini unit kecil yaitu rumah) yang beradaptasi dengan menggunakan AC dan ada yang menggunakan tanaman agar dapat mendinginkan ruangan.Terjadi dua pendekatan untuk beradaptasi,namun dampak yang dihasilkan ternyata lain.Bayangkan jika setiap rumah menghadapi pemanasan global ini ditanggapi dengan “teknologi pendingin” dan satu lagi dengan “Alamiah”.Dengan penggunaan AC , maka ruangan menjadi dingin,tetapi membutuhkan energi yang berasal dari listrik dan pda sumbernya akan menghasilkan gas-gas yang malah akan membuat bumi semakin panasa,dan AC pun menghasilkan panas diluar ruangan tersebut.

Jika seluruh rumah melakukannya dapat dibayangkan,udara diluar semakin panas,dan energi yang dihasilkan besar sekali,tapi tidak seekstrem juga harus tanpa AC karena ada beberapa bangunan dalam skala lebih besar yang memang memerlukannya.Penggunaan teknologi ini harus diimbangi juga dengan beberapa upaya yang lebih baik agar iklim dan lingkungan bersahabt dengan kita.Pada kasus ayng satunya ,jika kita menanam pohon,banyak keuntungan yang didapat yaitu pohon mendinginkan ruangan dengan bayangannya,daunnya tidak meradiasikan panas,dan kita mendapat O2 juga bayangkan jika seluruh rumah memiliki banyak pohon akan berpengaruh dan mengurangi CO2 sebagai gas pencipta pemanasan global.

Dari kasus llingkungan binaan dan kaitannya dengan manusia,sudah ada perbedaan pendekatan yang sebenarnya berdampak ke kehidupan yang akan datang.Di sini arsitek,akademisi,dan pihak-pihak lain sebagai salah satu pemangku kepentingan pengembangan kota,dan merancang lingkungan binaan adalah pihak yang berperan penting dalam memberikan jasa konsultasi untuk pembangunan dan pengembangan lingkungan binaan. Arsitek berperan penting dalam merancang bangunan untuk tempat tinggal, bekerja, rekreasi dan lain-lain. Arsitek bertanggung jawab merancang bangunan agar layak dihuni dan digunakan untuk kegiatan ekonomi dan sosial sehari-hari. Pada dasarnya, setiap pembangunan pasti akan mengubah keseimbangan lingkungan alami dan mengubahnya menjadi lingkungan binaan (built environment).

Dalam perancangan bangunan, arsitek didukung oleh beberapa disiplin lainnya. Peran arsitek dan disiplin lainnya sangat penting dalam merancang bangunan yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim tersebut. Pengoperasian bangunan gedung bertingkat tinggi memerlukan energi yang besar untuk penerangan dan pendinginan udara, sistem penyediaan air bersih, pembuangan air dan sampah.Pengaruh perubahan iklim ini terhadap dunia arsitektur juga ternyata berkaitan juga dengan pengaruh dunia arsitektur terhadap perubahan iklim.Seperti kasus penggunaan AC dan pohon dimana dipengaruhi iklim global tetapi juga pendekatan tersebut berpengaruh balik kepada perubahan iklim global.Ada bangunan yang merespon dengan baik sehingga akan menjadikan hasil yang lebih baik.Peran –peran arsitek pada perancangan banguna-bangunan dan juga lingkungannya akan berpengaruh terhadap iklim global.Sektor-sektor konstruksi,pembangunan pun berpengaruh terhadap perusakan lingkungan ,dapat dilihat dari pengambilan material mulai dari hulu ke hilir,secara terus menerus,mengurangi tanaman,yang akan menjadikan banyak bencana dan bumi semakin panas.

Pengaruh Iklim terhadap arsitektur dan pengaruh balik arsitektur terhadap perubahan iklim harus dilihat secara bijaksana.Indonesia sebagai Negara beriklim tropis,dalam pembangunannya seharusnya dapat memanfaatkan keuntungan iklim tropis di Indonesia,seperti panas matahari yang menyinari setiap hari,adanya daerah-daerah yang sering hujan,tanah yang bagus sehingga dapat ditumbuhi tanaman.Negara lain pun yang beriklim subtropics,dll memiliki kelebihannya sendiri dan iklim-iklim ini erat kaitannya dengan pembangunan diwilayah tersebut. Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan.

Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan.

Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai.Arsitek di daerah subtropis tentu berbeda dalam pendekatan perancangan terhadap bangunan didaerahnya,dengan pendekatan dinding dua lapis,atap dapat datar,dll.Di Indonesia,sudah ada ratusan tahun yang lalu rumah-rumah “tradisional” yang terbukti sampai sekarang baik dalam hal beradaptasi terhadap iklim di Indonesia dan juga perubahan Iklim.
Arsiteknya pada dahulu menggunakan pendekatan “alamiah” dan sebenarnya pada saat sekaran pendekatan ini dapat diterapkan.Dengan aturan-aturan hanya kayu apa yang digunakan,material bambu,pengangkatan lantai dari tanah karena lembabnya tanah,pemasukan udara melalui sela-sela dindin,dll,berbeda sekali dengan konstruksi material yang menghabiskan banyak energi dan pencariannya secara besar- besaran pada zaman sekarang ini. Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim setempat, karena pemecahan problematik iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang ‘wajib’ dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Dengan perbuahan iklim ini,dan juga pemanfaatan iklim di Indonesia, ada beberapa arsitek yang menggunakan pendekatan seperti yang tadi dijelaskan diatas yaitu memikirkan masa yang akan datang ( sustainable).
Arsitek dalam merancang lingkungan binaan salah satunya bangunan menyadari perubahan iklima dalah sesuatu yang berpengaruh terhadap bangunan yang akan dibuatnya,dan juga manusia mengetahui bahwa iklim sangat berpengaruh terhadap tempat yang ia tinggali. Banyak cara untuk pendekatan terhadap perubahan iklim dan juga iklim setempat di berbagai daerah.Contoh diatas dengan menggunakan Menciptakan iklim mikro (dalam dearah tertentu) dengan menanam pohon pelindung dengan tajuk lebar akan mengurangi suhu cukup signifikan dalam daerah yang terlindungi/teduh. Ruang terbuka (hijau) juga penting, selain sebagai penyerap karbon, juga merupakan ruang interaksi sosial bagi pengguna bangunan. Penghawaan dan pencahayaan alami dapat mengurangi beban pengoperasian bangunan. Selain itu, penyinaran panas yang berlebihan juga harus dihindari untuk mengurangi beban pendinginan udara.
Hal ini dapat dilakukan dengan merancang sirip-sirip atau kanopi di jendela-jendela bangunan.Air hujan yang terjadi di Indonesia dimanfaatkan secara baik untuk memenuhi kebutuhan air penghuni bangunan..Jika iklim mikro ini diterapkan disetiap rumah ,dapat dibayangkan bagaimana hasilnya. Indonesia, sebagai negara tropis, mendapatkan sinar matahari, sepanjang tahun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh perancang dengan memasang solar panel untuk menyimpan energi surya yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan energi bangunan Indonesia, dengan teknologi rendah dan harga yang terjangkau. Ada beberapa teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan seperti mikro hidro (untuk komunitas) dan tenaga angin (di daerah dengan kecepatan angin tertentu).
Teknologi tidak selamanya menyumbang terhadap pemanasan global,tetapi juga dengan penerapan teknologi yang baik dan terencana ,akan menjadi sebuah lingkungan binaan yang baik dan berkelanjutan.Lingkungan yang beradaptasi dengan pengaruh iklim local dan iklim global dapat dimanfaatkan dengan baik,selain mengurangi dampak pemanasan global juga member sumbangsih terhadap keberlanjutan lingkungan binaan tersebut
Adaptasi dan pendekatan terhadap perubahan iklim global dapat dilakukan dengan mengadopsi kearifan lokal dalam perancangan.Pada zaman dahulu di Indonesia para perancang rumah –rumah yang disebut “Arsitektur Tradisiona”l sudah menerapkan rancangan yang terbukti bertahan dalam menghadapi iklim di Indonesia. Pada tahun 1980 an para arsitek Indonesia bergelut dengan topik “Arsitektur Tropis” yang bertujuan memanfaatkan sebesar mungkin keuntungan geografis Indonesia di daerah tropis guna mengurangi pemakaian energi di dalam bangunan.Sekarang yang dibicarakan menjadi “Green Architecture” ataupun “Sustainable Architecture” yang sebenarnya merupakan penyempurnaan dari prinsip-prinsip dasar yang terbahas dalam “Arsitektur Tropis” dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (yang baik) dalam pergerakan arsitektur global.Protokol Kyoto,Climate exchange,Peringatan Hari Bumi,merupakan perhatian nyata warga dunia terhadap perubahan iklim global yang semakin terasa.,dan bumi,sebgai tempat manusia tinggal dan beraktivitas sudah semakin terdesak,dengan segala kerusakan yang manusia timbulkan dimuka bumi.

Arsitek dalam hal ini memiliki peran penting ,dalam dunia rsitektur ,bangunan terbentuk umumnya menyesuaikan dengan iklim dimana bangunan itu berada,bangunan berfungsi untuk manusia beraktivitas didalamnya dan dapat menghadapi iklim global.Dalam menghadapi iklim seperti ini,tidak hanya bangunan yang kuat merespon perubahan iklim tetapi juga memanfaatnkan dan mejadikannya sebagai bangunan yang “sustainable”,member sumbangsih dengan mengurangi efek pemanasan global dan juga berperan menjadikan bumi semakin baik dan bersahabat dengan manusia