Renovasi Hijau, penerapan Arsitektur Hijau

Renovasi hijau adalah sebuah proses renovasi bangunan yang menerapkan prinsip-prinsip arsitektur hijau dan mempergunakan material hijau dalam proses pelaksanaannya

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam renovasi sebuah bangunan yang tetap memperhatikan prinsip-prinsip arsitektur hijau (green acrchitecture) diantaranya yaitu:

a. Penggunaan zat-zat kimia tidak berbahaya yang terkandung pada bahan-bahan konstruksi bangunan. Misalnya, dengan menggunakan cat rendah VOC (Volatile Organic Compound), water-based polyurethane sebagai finishing lantai, penggunaan gas semprot (krypton) sebagai insulasi

b. Penggunaan material , peralatan dan perlengkapan yang mendukung kulaitas lingkungan dan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan Dalam pembangunan sebuah bangunan baik itu renovasi maupun bangunan dan perlu ditekankan dan penerapan agar pada renovasi bangunan pencemaran diminimalisasi

Daripada mengganti material yang lama dan tidak terpakai dengan material lama yang sudahkurang berfungsi dan diganti dengan material baru, ada baiknya material lama tersebut diperbaiki .Konsep ini dapat diterapkan juga pada bangunan .Lebih baik memperbaiki dan merebovasi bangunan daripada menghancurkannya. Dengan konsep seperti ini, proses renovasi dianggap mendukung prinsip ‘green architecture’ yang dalam hal ini standar renovasi hijau dijadikan acun oleh Leadership in Energy and Environmental Design (LEED).

Jika perbaikan / renovasi tidak dapat dilakukan, maka penggantian dengan material baru tidak dapat dihindarkan .Oleh karena itu, untuk penggunaan material ramah lingkungan dapat digunakan material -material yang masih layak pakai dari bangunan lama seperti penggunaan lantai kayu pada bangunan baru yang pada kondisi layak.

Material ramah lingkungan yang dapat digunakan , yaitu material yang aman dari zat-zat kimia . Material yang tidak m,engandung zat berbahaya , juga material terbaharukan.material tersebut dapat diperoleh dengan merujuk kepada proses pembuatannya.Material tersebut dapat disebut material hijau jika dalam prosesnya tidak menggunakan material yang dapat mencemari lingkungan.

Sekilas tentang Arsitektur Kontemporer Indonesia

Arsitektur kontemporer Indonesia adalah bentuk karya arsitektur terbaru yang dibangun di Indonesia. Dalam buku Indonesian Architecture Now , karya Imelda Akmal, digambarkan karya-karya arsitektur yang kontemporer yang terdapat di Indonesia. Karya ini dibangun dalam satu dasawarsa terkahir dan cukup menggambarkan trend arsitektur dlam negeri.

Berdasarkan karya-karya yang diulas dalam buku tersebut, dapat disimpulkan bahwa trend yang berkembang dlam satu dasawarsa terakhir didominasi oleh pengaruh langgam Arsitektur modern yang memiliki kesamaan ekspresi dengan karya arsitektur modern dari belahan dunia barat di dekade 60-an. Bahkan tren untuk memasukkan icon desain berupa perabtanpun dimasukkan. Karya-karya arsitektur kontmeporer Indonesia memiliki kesamaan dengan karya Mies van de Rohe, Wassily karya Marcel Breuer atau kursi B306 chaise-lounge karya Le Corbusier dan lounge chair karya Charles Eames -beberapa nama besar dalam arsitektur modern- dengan konteks negeri tropis.

Bangunan kontemporer Indonesia yang diulas dalam buku tersebut memiliki kesamaan ciri berupa penggunaan banyak material kaca sebagai pelindung, bentuk yang jujur mengikuti fungsi, horizontalisme dan bentuk geomeri yang kuat. Karya tersebut dapat dilihat dalam karya arsitek Adi Purnomo, Rumah Tangkuban perahu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontemporer merupakan bentuk kata sifat yang menyatakan pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; masa kini; dewasa ini.dengan demikian arsitektur kontemporer indonesia, merupakan Arsitektur yang bersifat kekinian yang tersebar di wilayah Indonesia. Lalu, seperti apakah arsitektur kontemporer Indonesia? Langgam apakah yang menjadi arsitektur terkini Indonesia?
Jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja berbeda dari waktu ke waktu. Arsitektur selalu mengalami perubahan, seperti halnya penampilan manusia. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman visual dari orang-orang sehingga menghasilkan sebuah rekaman yang hendak ditampilkan. Semakin banyak pengalaman arsitektur yang dimiliki maka akan semakin bergam variasi yang akan dihasilkan. Saat ini dunia telah menjadi sebuah ruang tanpa sekat dan sama sekali datar, akibat kecanggihan teknologi dan budaya manusia sehingga informasi bergerak sangat cepat seolah tanpa batas.

Namun dalam hal ini, suatu bangsa pastilah memiliki karakternya sendiri. Seperti ungkapan jepang berikut “bangsa yang hebat adalah bangsa yang mengenali jati dirinya”. Begitupula dengan kaidah arsitektur dan prinsip keberlanjutan yang harus terus dipertahankan. Namun setiap orang dan bangsa pasti berubah secara cepat atau lambat. Sehingga harus menempatkan trend dengan cerdas.

Arsitektur kontemporer Indonesia adalah bentuk karya arsitektur terbaru yang dibangun di Indonesia. Dalam buku Indonesian Architecture Now , karya Imelda Akmal, digambarkan karya-karya arsitektur yang kontemporer yang terdapat di Indonesia. Karya ini dibangun dalam satu dasawarsa terkahir dan cukup menggambarkan trend arsitektur dlam negeri.

Berdasarkan karya-karya yang diulas dalam buku tersebut, dapat disimpulkan bahwa trend yang berkembang dlam satu dasawarsa terakhir didominasi oleh pengaruh langgam Arsitektur modern yang memiliki kesamaan ekspresi dengan karya arsitektur modern dari belahan dunia barat di dekade 60-an. Bahkan tren untuk memasukkan icon desain berupa perabtanpun dimasukkan. Karya-karya arsitektur kontmeporer Indonesia memiliki kesamaan dengan karya Mies van de Rohe, Wassily karya Marcel Breuer atau kursi B306 chaise-lounge karya Le Corbusier dan lounge chair karya Charles Eames -beberapa nama besar dalam arsitektur modern- dengan konteks negeri tropis.

Kontekstualisme dalam Desain

Kontekstualisme dalam Desain

Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai aspek. Pendekatan
kontekstualisme melalui komposisi. Usaha teoritis kontekstual secara non-eklektis barangkali sudah dimulai dari tulisan Durand, abad 19, bahwa tujuan arsitektur bukan imitasi alam atau kepuasan artistik tetapi kenyamanan fungsional dan ekonomi (simetri, keteraturan, kesederhanaan). Style dapat ditambahkan kemudian setelah struktur terbentuk. (Style adalah ekspresi disain dari tipe yang terakumulasi dan dapat dikodifikasikan dalam sebuah sistem estetik. Tipe bangunan adalah hasil program-program arsitektur yang dirumuskan untuk mewadahi berbagai aktifitas manusia. Sehingga tipe ke belakang memiliki aspek program dan ke depan memiliki aspek style yang ketiganya merumus dalam pengertian tipologi. Relasi antar bangunan dipahami dari segi kawasan adalah urban fabric, dari segi metodologi adalah morfologi, dari segi profesi perancangan adalah urban design)

Konsep kontekstualisme dalam arsitektur juga merancang sesuai dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik.

Lalu bagaimana penerapan kontekstualisme itu dalam sebuah bentuk desain arsitektur? Sering orang beranggapan kontekstualisme hanya berusaha meniru bangunan lama sehingga terlihat sama pada bangunan baru atau hanya untuk memopulerkan langgam historis arsitektur tertentu. Namun, sebenarnya tidaklah seperti itu.

Kajian Kontekstual Skala Kota dalam Aspek Sosial,Budaya,ekonomi

Kajian Kontekstual dalam Skala Kota dengan Aspek Sosial,Budaya,ekonomi

Kajian terhadap kontekstual dalam Arsitektur rupanya sudah ada sejak era tahun 80an.Namun baru-baru ini,melihat arah perkembangan kota-kota besar yang semakin rumit dan juga tidak teratur,makan kebijan-kebijakan kota,seperti peraturan kota,dll mulai diarahkan agar membentuk tempat beraktivitas sesuai dengan konteks sekitarnya

Kontekstual dalam arsitektur dan kota pertama kali dilontarkan oleh kelompok arsitek perancang kota di
Universitas Cornell tahun 1970-an (Sumber lain menuliskan Stuart Cohan dan Steven Hurtt-lah yang mengaku memperkenalkannya untuk pertama kalinya di Cornell pertengahan tahun 1960-an) dimuat dalam buku Collage City yang ditulis Colin Rowe dan Fred Koetter di mana dicanangkan suatu teori baru perancangan kota. Kata “kontekstual” di dalam perancangan arsitektur dan kota telah banyak disalah-artikan dalam pengertian “regionalisme”, “jati diri”, “kepribadian”, bahkan menjadi pandangan kedaerahan yang sempit.

Kontekstualisme yang sering juga disebut Urbanism lahir dari pemahaman dan pendapat bahwa gagalnya Arsitektur Modern. Berawal dari kurangnya pemahamantentang Urban konteks, mulainya desain dari dalam baru memperhatikan lingkungan sekitar, dan juga kutang dalam linkage dalam pembentukkan ruangdan tempat yang sebenarnya mempengaruhi arah pembangunan kota

Maka dari itu perlu diperhatikan kontekstual,karena pengaruhnya sangat besar terhadap desain bangunan dan juga sebaliknya.Wajah lingkungan sekitar, juga kondisi sekitar seperti social,biudaya,dan ekonomi mempengaruhi enclosure dan juga desain suatu bangunan dan tempat.Contohnya apa yang kita lihat pada kota-kota besar di Indonesia dimulai dengan sebuah proses perancangan Arsitektural. Proses perancangan kemudian dilihat sebagai strategi penyisipan dan penyelesaian (termasuk pembongkaran atau penggantian) pada tapak tertentu. Kontekstualis memusatkan perhatian pada bentuk fisik relatif terpenggal dari acuan citra arsitektur tertentu. Pendekatan tipologi seorang kontekstualis adalah pemahaman intuitif dari aneka ragam model organisasi geometri yang mungkin dapat dipakai dalam berbagai kombinasi untuk pemecahan persoalan tertentu.

Itu berbeda dengan seorang rasionalis yang memandang tipologi dan model hanya sebagai sumber bentuk fisik, di mana tipe dan bentuk dapat disusun tanpa acuan kepada arti dan aturan yang lama.
Beberapa contoh penerapan kontekstual di Indonesia di antaranya: beberapa kota di Jawa dengan struktur awal sederhana yakni sumbu linier utara-selatan dan perkembangan kemudian ada di sekitarnya. Proses terjadinya dimulai dari “karang” dan baru kemudian jalan. Perkembangan dipacu oleh keberadaan rumah-rumah bangsawan, sebagai pusat. Kawasan kota bercampur antara fungsi-fungsi kota, dan antara bagian desa dan bagian kota. Kawasan kota selalu bertransformasi ataupun berkembang secara sporadik. Kasus: Kawasan Malioboro. (Ardi Pardiman Parimin, 1989)

Kontekstualisme muncul di antara isme-isme dalam arsitektur dan perancangan kota. Stuart Cohan dan
Steven Hurtt, yang mengaku memperkenalkan kontekstualisme, menyatakan bahwa kontekstualis bermaksud memeluk spirit/jiwa bangunan-bangunan tua dengan lingkungannya yang bersejarah ke dalam rancangan baru; bukan bentuknya. Dengan demikian kontekstualisme dapat memberi tempat sekaligus membuka persoalan dengan aliran/paham lain seperti environmentalism, konservasionism, regionalism, postmodernism, dsb yang sedang berkembang.

Kontekstualisme oleh Wojciech Lesnikowski lebih disimpulkan sebagai minat dan tanggapan individu
ketimbang aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang bersifat universal. Ini berbeda dengan gerakan modern yang mewakiliseperangkat dogma, didaktik dan aturan-aturan yang universal dan jadilah hukum untuk standard praktek disain kalangan arsitek penganutnya.

Kalau di atas kontekstualisme dibaca sebagai metode, kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik disain untuk memberi jawaban atas kondisi-kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, pragmatis menjadi bersifat plural dan fleksibel, serta bukan merupakan dogma rasional atau melulu berorientasi pada kaidah yang terlalu universal. Meskipun demikian harus diakui pada saat ini cukup banyak disain dengan dasar pemikiran kontekstual yang berakhir dengan kiat-kiat formal yang gersang karena dengan begitu saja mengangkat pengaruh bangunan bersejarah; bukan merupakan adaptasi sejarah yang dipikirkan masak-masak.

Dalam rancang kota, kontekstualisme memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya adalah kemampuannya secara potensial meredam lingkungan yang tidak tanggap atau liar. Kelemahannya adalah rancangan seolah-olah harus menerima keterikatan pada kondisi statis; bertentangan dengan produk-produk baru yang diinginkan yang lantas terpaksa dimanipulasi untuk menjaga selera keterkaitan. (Robi Sularto Sastrowardoyo, 1993)

Secara politik,daerah –daerah yang memperhatikan konteks akan terlihat perkembangannya.Bandungn sebuah kota besar yang dahulu dijadikan markas gubernur Hindia Belanda, maka terdapat bangunan-bangunan kenegaraan yang berada di Bandung, tata kota kota Bandung terlihat bahwa ada daerah militer yang terdapat diwilayah timur, wilayah perumahan rakyat di daerah selatan,atau kawasan perumahan elite di daerah utara (dago).Saat ini konteks dago sebagai wilayah permuahan sudah mulai bergeser. Menjamurnya FO dan juga sarana-sarana berbelanja menjadikan dago sebuah kawasan bisnis dan juga pusat perbelanjaan,Jika kita ilik fenomena ini maka berkembangnya dago menjadi sebuah wilayah komersial dikarenakan karena turis yang berasal kebanakan dari Jakarta yang sering mengunjungi Bandung sejak tol cipularang dibuka.Jadi, keadaan pada suatu tempat ternyata mempengaruhi keadaan pada tempat yang lain. Sehingga dalam taran ekonomi, social,budaya dapt menyatu dan bersinergi dan juga dapat berubah sewaktu-waktu

Konsep Arsitektur Berkelanjutan “Sustainable Architecture”

Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya. Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material, cara membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari bangunan tersebut yang dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka panjang. Sehingga menjadi timbul masalah baru yang membawa dampak negatif kepada lingkungan itu sendiri.

Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk dan dampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang menjadi isu global yang biasa kita dengar yaitu global warming.

Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadi pada bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh karena itu saat ini kita harus mulai bertindak! Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan Sustainable architecture lahir sebagai salah satu aksi yang harus kita lakukan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.

Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian Continue reading “Konsep Arsitektur Berkelanjutan “Sustainable Architecture””

Mesjid di AS mulai Go Green

WASHINGTON DC–Seruan kembali ke alam dan gerakan ramah lingkungan sedang terjadi di masjid-masjid di seluruh Amerika Serikat. Mereka bergandeng tangan dengan kelompok-kelompok berbasis agama untuk mendorong masyarakat agar memperlakukan lingkungan secara lebih baik. “Sudah semestinya umat Islam juga berkontribusi di dalamnya,” ujar Khalid Iqbal, deputi direktur All Dulles Area Muslim Society (ADAMS) di Virginia.

Menurut Iqbal, peduli terhadap lingkungan adalah salah satu amanat Islam. “Itu adalah kewajiban masing-masing Muslim untuk menjaga lingkungan,” ujarnya.

Di ADAMS Center, pendidikan lingkungan diberikan berbarengan dengan pemberian materi keagamaan. Anggota pengajian diajarkan cara mendaur ulang aneka sampah rumah tangga, gerakan penghematan air, penggantian bola lampu dengan produk yang hemat energi, serta penanaman serempak lebih dari 300 batang pohon.

ADAMS bekerja dengan Sekolah Minggu memperkenalkan proyek Masjid Hijau. Mereka mengurangi pengeluaran karbon hingga 13 persen dan menghemat energi hingga 21 persen. “Seluruh lampu di masjid-masjid menggunakan lampu hemat energi,” ujarnya.

Di masjid-masjid yang menjadi anggotanya, ceramah agama juga disisipi pesan-pesan pelestarian lingkungan, hal yang menjadi salah satu insisari ajaran Islam. Masjid pertama di negara ini yang telah menerapkan prinsip go green, Masjid Yayasan yang terletak di Bridgeview, Illinois, memasang panel tenaga surya sejak 31 Juli 2008. Masjid ini menerima penghargaan sebagai Pahlawan Lingkungan dari pemerintah setempat atas upaya ini. Masjid ini juga biasa mendaur ulang seluruh barang yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.

Di Southern California, jumlah organisasi Muslim yang turut bergabung sebagai penyeru keselamatan lingkungan semakin banyak. Setidaknya ada sepuluh organisasi, antara lain Islamic Environmental Group of Wisconsin, DC Green Muslim, dan Green Deen yang membantu pemerintah setempat dalam mengedukasi komunitas Muslim tentang pentingnya peduli lingkungan dan gaya hidup hijau.

“Banyak orang yang tahu Muslim adalah khalifah di muka bumi, tapi tak banyak yang tahu tentang apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap bumi ini,” ujar Dr Zaher Sahloul, pimpinan Council of Islamic Organizations of Greater Chicago (CIOGC) dan ketua takmir Masjid Yayasan.

Imam Johari Abdul-Malik, direktur Dar Al Hijrah Islamic Center di Virginia menyetujui ucapannya. Menurutnya, jika kesadaran masyarakat meningkat, maka kesinambungan alam akan lebih terjaga. Ia berharap gerakan yang dirintis lembaga-lembaga berbasis agama diikuti setiap lapisan masyarakat sehingga kebijakan publik yang bertentangan dengan keselarasan lingkungan bisa dihapuskan.
“Tak mungkin terjadi perubahan nyata jika semua hanya bekerja pada tataran individu dan lembaga berbasis agama saja. Itu tidak cukup,” ujar Abdul-Malik kepada IOL.

sumber :republika.co.id