Bukit Harapan


meriam bursa

Di atas bukit ini, aku menatap negeri para raja di hadapan laut biru

Di atas bukit ini, perjalanan sang waktu seakan terus menderu

Di atas bukit ini, temaram sendu menemani rintik salju

 

Cerobong asap yang mengepul

Titik cahaya dari bilik tirai yang terus bergumul

Tenimbun salju yang entah sedari tadi berkumpul

Atap rumah tua dan dinding-dinding yang terus timbul

 

“Dooooorrrr….”

Moncong meriam yang terus berdentum

Nanar mata hingga darah yang harum

Itulah Ibu Kota Romawi, Byzantium

Di atas bukit ini, usaha nyaris satu millennium

 

Yang sudah tercatat berabad silam, dari lisan sang Nabi

Di atas bukit ini, dengan kuduk mengigil, memeluk jaket kami sendiri

Menyusur jalanan tua kota tua dengan temaramnya

Mendaki kecil, menapaki perjalanan waktu yang seakan terhenti di sini

 

Kami tercekat

Terdiam sejenak

Kami berdiri di kota dengan berjuta kenangan

Kami berdiri di atas bukit dengan sejuta harapan

Kami berdiri menatap ribuan peninggalan peradaban

 

Aku pun beraharap

Aku ini kembali lagi ke sini, pada saatnya

Sambil berlama-lama menikmati sajian khasnya

Berjalan-jalan menikmati hijau masjidnya

Menuliskan sebait dua bait prosa untuknya

 

malam d bursa

@rizkilesus

Bursa, suatu Desember, menikmati salju pertama di Ibu Kota Pertama Turki Utsmani

Leave a comment